Belajar di Gunung Bromo (Part II)

Waktu menunjukkan pukul 01:55 saya sudah bangun, sebelum alarm berbunyi. Utek-utek Hp sebentar trus bagunin mbak Erma….mbak Erma kram perut..hiks…tp tetep smangat mbak! Siap-siap morning call dan berangkat ke Viw Point Penanjakan. Kira-kira pukul 03:10 kami berangkat menuju Penanjakan. Aduh, jalanan macet banget, jeep, motor, orang jalan kaki berkumpul semua…hurf…...

Mbak Erma segera menuju ke loket dan membeli tiket masuk. Selang beberapa menit kemudian mbak erma masuk jeep dan siap meluncur ke Penanjakan. Sepanjang perjalanan mbak Erma menjelaskan dikanan kiri apa saja yang sedang kami lewati. Banyak sekali orang-orang yang jalan kaki, biasanya merak yang jalan kaki ini langsung ingin menikmati hiking di ke kawah Bromo tanpa melihat terbitnya matahari di puncak view point Penanjakan. Sampailah di desa Cemoro Lawang, desa paling ujung sebelum kawah Bromo.

Waduh kok jeepnya berhenti pak sopir? Hiyah…..jeep cum bisa berhenti sampai disini, padahal Penanjakan masih jauh sekali…… Mbak Erma bilang “Maaf, karena macet jeep tidak bisa naik sampai Penanjakan, Cuma sampai disni saja. Kalau mau jalan kaki silahkan tapi masih jauh sekali, kalau mau naik ojek juga bisa. Yang lebih suka berjalan silahkan, kalau saya terus terang saja saya tidak kuat” Weleh…….tour guide nya gak kuat….hahaha mbak…mbak….



























































Panen nih tukang ojeknya. yang kalau hari biasa hanya Rp. 5.000,- tapi kali ini ndak mau… mintanya Rp. 20.000,-/orang. Langsung naik……sampai di Penanjakan, mbak Erma mengumpulkan dan menjelaskan kepada guests “Bapak-bapak, ibu-ibu, adek-adek, (mbak-mbak, bulek-bulek, pakde-pakde, hehehe) sekarang bisa naik keatas ke puncak view point melihat sunrise. Nanti kalau sudah selesai silahkan berkumpul di warung ini, saya tunggu disini” sebelum mbak Erma menjelaskan, aku sudah jalan duluan. Hehehe menghilang….Yah……..kok mataharinya malu-malu ya? Duh…disana udah ada beberapa orang yang sudah mendirikan tenda dideket vies point, mungkin dari malam sebelumnya atau mungkin dari malam-malam sebelumnya, gak tahu deh. Curang…….! Di view point ini rame sekali, Cuma bisa melihat kepala orang-orang. Penonton kecewa…..“Sedih mode on* semua orang ingin menikmati matahari pertama di tahun 2010.















Seusai menikmati sunrise yang malu-malu, kami dan guests berkumpul di warung yang sudah ditentukan. Makan mie kuah (pasti tau apa itu, karena disini tidak boleh menyebut merk, hehe), minum kopi, sambil menunggu orang-orang sepi berharap jeep kami bisa naik ke Penanjakan, tapi harapan tinggallah harapan. Waktu di telp sama mbak Erma, “Pak, gimana jeep kita bisa naik?” “Oh bisa mbak, bisa naik tapi Cuma naik 1 meter saja dari tempat awal” Jawab pak sopir jeep. Yaelah pak 1 meter doank, sama juga bohong pak…..hahahaha Ngojek lagi……… tapi kali ini harga ojek separuh lebih murah dari berangkatnya, karena kalau turun memang lebih murah kata pak ojeknya, hanya Rp. 10.000,-/orang.

Sampai di jeep, langsung menuju ke kawah Bromo. Tapi di perjalanan kami sempat berhenti di view point selanjutnya untuk foto-foto, cantik sekali pemandangannya…… pasti ketagihan ingin kesana terus.














































Sampailah kami di bawah kawah Bromo. Suara bapak-bapak terdengar berkali-kali berkata “Ayo silahkan yang ingin menaiki kuda sampai tepat di bawah tangga kawah Bromo dengan membayar seratus ribu rupiah PP. diantar sampai bawah tangga tepat dan dijemput ditempat yang sama. Hanya dengan membayar seratus ribu rupiah, silahkan ke loket” Jadi, begitu, sekarang kuda di Bromo tidak bisa di bargain (ditawar) lagi, tidak seperti dulu, kita masih bisa bargain sama pemilik kuda. Tapi justru keputusan ini jauh lebih bagus, karena dengan begitu, para pemilik kuda tidak akan bersaing harga dan tidak akan ada perbedaan harga antara turis domestik dan turis asing. Bagus! Lanjutkan! Ooops….hehehe keceplosan…


































Beli kaos dulu buat oleh2 nih....

















Parkiran penuh waktu itu....

Mbak Erma menjelaskan, “Bapak-bapak, ibu-ibu, adek-adek, saya tunggu disini, silahkan kalau ingin hiking ke kawah Bromo. Perjalan PP menuju tangga kira-kira 1jam jalan kaki atau kalau ingin menaiki kuda silahkan membayar lagi Rp. 100.000 di loket. Setelah itu bisa hiking ke kawah Bromo.” Tapi para orang tua sepertinya enggan. Capek katanya. Kalau yang anak-anaknya sih sebenarnya pengen, yaaa tidak apa-apalah…tapi tiba-tiba pak sopir jeep menawarkan untuk optional tour ke Pasir berbisik dan gurun savanna. Pasir berbisik itu tempatnya Dian Sastro syuting film yang berjudul sama dengan nama tempat syutingnya yaitu “Pasir Berbisik”. Unutk menikmati optional tou rini, Pak Agus and family harus membyara Rp. 250.000,-/jeep kami pakai 2 jeep jadi totalnya Rp. 500.000,- . Pak Agus and family setuju dan kami semua langsung menuju ke area pasir berbisik. Tidak banyak orang datang kesini karean mungkinorang-orang lebih senang untuk menikmati hiking di kawah Bromo. Tapi sebenarnya pasir berbisik in tak kalah menariknya, kita bisa menikmati hawa sejuk pegunungan dan melihat betapa indahnya pasir bergelombang karena tiupan angin. Pasir ini bukan pasir buatan manusia, jadi teksturnya pun berbeda dengan pasir buatan. Pak sopir jeep melempar batu yang jatuh dari lava gunung Bromo dan suara dari lemparan batu tersebut menggema seolah-olah yang kita injak itu seperti Goa, kosong, wahhh… seru yah?!

-------- To be Continued ----------

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS